Jumat, 15 Februari 2008

MOLA HIDATIDOSA (HAMIL ANGGUR)

Uraian Umum :

  1. Mola Hidatidosa adalah tumor jinak trofoblas yang ditandai dengan adanya hiperplasia dan degenerasi trofoblas, sehingga tampak sebagai rangkaian buah anggur dan disebut juga hamil anggur
  2. Diagnosis sebaiknya juga ditentukan apakah Mola Parsial atau Mola Komplit.
  3. Terapi tergantung apakah fertilitas penderita masih ingin dipertahankan atau tidak. Dapat dilakukan histerektomi total dengan atau tanpa bilateral salpingo-ooforektomi atau dilakukan dilatasi dan kuretase. Pemberian BCG pasca kuretase bermanfaat untuk meningkatkan respon imun seluler, diberikan dengan 2 kali pemberian dengan jarak pemberian 1 bulan.

Kriteria Diagnosis :

Keluhan penderita :

  • Riwayat terlambat haid.
  • Perdarahan pervaginam. Dapat terjadi sedikit atau banyak sekali sehingga dapat menyebabkan penderita syok karena perdarahan. Perdarahan dapat berwarna coklat gelap (prune juice) atau merah cerah.
  • Pengeluaran gelembung Mola.
  • Pembesaran uterus lebih cepat dari hamil biasa.
  • Mual dan muntah timbul lebih hebat daripada kehamilan biasa.
  • Dapat disertai febris, meskipun tidak ditemukan infeksi.
  • Adanya gejala dari komplikasi medis ; pre-eklamsia, hipertiroid, anemia dan gangguan keseimbangan elektrolit.
  • Emboli paru-paru.

Pemeriksaan Fisik :

  • Muka penderita tampak cekung dengan warna lebih merah dari keadaan umumnya (mula Mola).
  • Dapat disertai tanda-tanda pre-eklamsia.
  • Dapat disertai tanda-tanda hipertiroid.
  • Pembesaran uterus sesuai atau lebih besar dari usia kehamilan.
  • Dapat ditemukan kista lutein, kadang bilateral, meskipun tanda ini tidak khas.
  • Tidak didapatkan balottement.
  • Tidak teraba adanya bagian-bagian janin.
  • Tidak terdengar denyut jantung janin.
  • Perdarahan uterus, kadang disertai keluarnya gelembung Mola.
  • Apabila ostium uteri eksternum terbuka, tidak teraba adanya kulit ketuban dan kavum uteri seperti mudah dimasuki ujung jari.

Pemeriksaan penunjang :

  • Pungsi kavum uteri, apabila tidak didapatkan cairan amnion kemungkinan adalah Mola Hidatidosa. Jika diberi kontras dan dilakukan foto rontgent akan tampak gambaran seperti sarang tawon.
  • Pada rontgent abdomen, apabila umur kehamilan diatas 20 minggu tidak tampak kerangka janin.
  • Pemeriksaan rontgent thorax.
  • Pemeriksaan dengan sonde, dengan cara Acosta Sisson atau Wiknjosastro.
  • Pemeriksaan dengan USG, ditemukan gambaran multipel akho seperti sarang tawon/badai salju, kista theka lutein.
  • Pemeriksaan kadar hCG. Apabila hCG urine lebih dari 1 juta IU dalam 24 jam dan didapatkan pembesaran uterus dan perdarahan pervaginam hampir selalu Mola Hidatidosa. Adalah metode terbaik untuk mengevaluasi dan pengamatan lanjut penderita dengan penyakit trofoblas gestasional.
  • Pemeriksaan T3 dan T4 bila terdapat gejala tirotoksikosis, indeks Wayne-New Castle.

Patologi anatomi/pemeriksaan jaringan hasil kuretase (kerokan) :

  • Makroskopik : tampak adanya gelembung Mola.
  • Mikroskopik :
    • Stroma villi mengalami degenerasi hidrofik yang tampak sebagai kista
    • Proliferasi trofoblas.
    • Tidak adanya/berkurangnya pembuluh darah villi.

Diagnosis :

Diagnosis pasti dari Mola Hidatidosa adalah keluarnya gelembung Mola.

Diagnosis Banding :

  • Abortus.
  • Kehamilan normal.
  • Hidramnion.
  • Kehamilan ganda.
  • Kehamilan dengan Mioma Uteri.

Pengelolaan :

I. Umum :

  • Setelah diagnosis Mola Hidatidosa dipastikan, harus dilakukan evaluasi penderita dengan seksama untuk mencari kemungkinan komplikasi medis yang lain, termasuk pre-eklamsia, hipertiroid, gangguan kesimbangan elektrolit dan anemia. Apabila keadaan umum optimal, segera lakukan pengelolaan.
  • Antibiotika profilaksis

II. Khusus :

  • Histerektomi/angkat rahim
  • Suction curettage adalah metode terpilih, tanpa memperhatikan ukuran uterus, pada penderita yang masih ingin mempertahankan fertilitas. Langkah-langkahnya :
    • Dilatasi serviks. Dilakukan dengan cara pemasangan batang laminaria selama 18 – 24 jam (biasanya 3 buah). Akan tetapi apabila kanalis servikalis telah terbuka dapat langsung dilakukan kuretase apabila keadaan umum memungkinkan. Apabila berdarah banyak dan mengancam kehidupan penderita, langsung dilakukan kuretase dengan segera.
    • Diberikan infus oksitosin, sebelum dilakukan induksi anestesi.
    • Dilakukan suction curettage. Biasanya uterus akan segera mengecil. Apabila besar uterus lebih dari kehamilan 14 minggu, tempatkan satu tangan di fundus uteri untuk merangsang kontraksi uterus dan mengurangi bahaya perforasi.
    • Kuretase tajam dilakukan setelah suction curettage untuk membersihkan sisa jaringan Mola yang masih tertinggal dalam kavum uteri.

NB : Bahan yang didapat dari hasil suction curettage dan kuretase tajam dipisahkan untuk kepentingan evaluasi histopatologi.

Penyulit :

I. Karena penyakitnya :

o Perdarahan hebat.

o Krisis tiroid.

o Infeksi.

o Perforasi uterus (Mola Destruens).

o Keganasan.

II. Karena tindakan :

o Perforasi uterus saat kuretase.

o Infeksi.

Pengamatan lanjut :

  1. Penderita pasca Mola Hidatidosa harus diamati sampai 2 tahun, apabila dalam pengamatan lanjut kadar hCG diperiksa secara kasar (dengan tes kehamilan), dan sampai 6 bulan apabila kadar hCG diperiksa dengan mempergunakan metode Radio Immuno Assay (RIA) atau dengan Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA).
  2. Selama pengamatan lanjut penderita disarankan mempergunakan kontrasepsi barrier (kondom) untuk mencegah kehamilan.
  3. Yang diamati dalam pengamatan lanjut adalah :

o Kadar hCG.

o Perdarahan pervaginam.

o Involusi uterus.

o Ada/tidaknya kista lutein.

o Kemungkinan timbulnya keganasan.

4. Jadwal pengamatan :

o Setiap 2 minggu dalam 3 bulan pertama.

o Setiap 1 bulan dalam 3 bulan kedua.

o Setiap 3 bulan sampai genap 2 tahun pengamatan.

5. Foto toraks diperiksa setiap 6 bulan.

Tidak ada komentar: